puisi untuk anakku

nak,

menangislah bila itu bisa mengungkapkan ketidaknyamananmu

tertawalah bila itu memang menandakan kebahagiaanmu

bercelotehlah tentang semuanya dalam bahasamu

aku akan berusaha mengartikannya dengan segenap cinta kasih didadaku

karena kaulah anugerah terindah dalam hidupku

kabut asap di kotaku

dimanakah hutan yang dulu hijau?

 

dimanakah langit yang dulu biru?

 

tak ada lagi tampak selain abu-abu

 

sebab hutan telah ditebang dan dibakar untuk lahan baru

 

hingga udara tertutup kabut asap berbau kayu

 

yang membuat hutan menjadi penuh abu

 

yang mambuat langit menjadi kelabu

 

hingga matahari pun bagai murung lesu

 

dan bulan pun bagai tertutup debu

 

 

jejak kisah yang hilang

sore tadi di tempat kita dahulu pernah bertemu

aku berdiri dan sesekali kesana kemari melangkahkan kakiku

berharap menemukan gundukan tanah tempat kita duduk dahulu

sore tadi di tempat kita dahulu pernah bertemu

aku duduk dan sesekali menghisap rokok bak pecandu

berharap bisa mendapati baumu yang pernah menyegarkan jiwaku

sore tadi di tempat kita dahulu pernah bertemu

tak kutemukan apa-apa selain tembok-tembok yang menjulang menjilati langit biru

sore tadi di tempat kita dahulu pernah bertemu

tak kutemukan apa-apa selain gedung-gedung mewah dengan penjaga di depan pintu

DUSTA

kedua bola matamu menatap udara, hampa

sebab keduanya bingung harus turut yang mana

ketika mulut berkata kering sementara mata menatap samudera

dan mulut mengucap benci sementara hatimu menyimpan cinta

kedua bola matamu menatap udara, hampa

sebab keduanya bingung yang mana rupamu sebenarnya

ketika segala logikamu telah terkudeta harta

dan dibalik topeng kau sembunyikan rasa

R

seharusnya….

seharusnya dunia ini penuh kedamaian

karena banyak cinta bertebaran

seharusnya dunia ini penuh kenyamanan

karena banyak kasih berhamburan

tapi….

semua merasa tak aman

karena ada kebencian

semua merasa tak nyaman

karena ada kemunafikan

R

KAU bukan KAMI

malam ini,

ketika aku menapaki jalanan mencari setitik inspirasi

aku malah menemukan si penebar benci

orang yang merasa paling suci

dan merasa paling paham tentang Illahi

dengan mengumbar kata-kata tak terpuji

dia menghina satu keyakinan samawi

hingga semua orang terpancing emosi

dan membalas dengan caci maki

hei…. kau yang tak punya hati…

apakah yang kau harap kan kau dapati?

orang-orang akan memuji?

atau mendapatkan berkat dari Illahi?

tidak…tidak sama sekali

kau tak pantas mendapatkan apa-apa disini maupun diakhirat nanti

selain neraka akibat hatimu yang tak bernurani…

hei…. kau yang tak punya nurani….

aku ingin katakan bahwa : KAU bukan KAMI

menyusuri jejak kisah #2

di sisi-sisi batu gunung dan di batang-batang pinus itu pernah kuguratkan nama kita

dan di jalan setapak menuju puncak gunung sibayak itu pernah kupetik kembang liar untuk oleh-oleh kita

itu dulu, ketika kita masih muda dan mengartikan cinta hanya sebatas rasa suka

dan kini, ketika rasa suka saja tak cukup tuk memiliki cinta

masihkah di sisi-sisi batu gunung dan di batang-batang pinus itu nama kita ada?

masihkah dijalan setapak menuju puncak gunung itu ada kembang yang dulu pernah membuat kita terpesona?

masih ada kurasa, bila tangan-tangan liar tidak usil membuatnya tiada demi uang dan harta

seperti waktu tanganmu melambai karena semua inginmu tak bisa kubuat ada

R

benarkah presiden itu matakeranjang?

masa sih presiden itu suka mengganggu anak-anak dan istri orang?

iya bu, aku dengar di televisi suami siperempuan yang merasa terganggu itu memohon agar anak istrinya tidak diganggu!

ma…mama…. adek takut lihat baju kakek itu, nanti adek diganggu,soalnya di baju kakek ada gambar presidennya

begitulah obrolan ibu-ibu yang sedang menemani anak-anak mereka bermain sore tadi di gang jalan kerumahku

berkibarlah BENDERAKU….

dia diam saja diatas sana, enggan melambai meski angin mengajaknya berdansa

mungkin dia malas mungkin malu ataukah dia sedang dirundung nestapa?

dia diam saja diatas sana, tak bergeming meski angin meniupkan irama yang menggoda

mungkin dia malas melihat orang-orang yang menghormatinya hanya sebagai rutinitas tahunan saja

mungkin dia malu karena orang-orang yang katanya pembelanya telah dirasuki ketamakan hingga korupsi merajalela

atau memang dia sedang dirundung nestapa karena orang-orang yang sesungguhnya setia membelanya malah hidup sengsara?

ahh, benderaku dwi warna….meski kau malas atau malu atau sedang nestapa

berkibarlah diangkasa raya untuk kami yang masih setia walau sengsara

agar tak limbung kepalan tangan kami mengacung ke udara

agar tak sumbang suara kami memekik MERDEKA…

MERDEKA…
MERDEKA…
MERDEKA…

mengurai pelangi…

pagi ini,

dengan setengah tergesa aku harus berpeluhria mengais rejeki

sebab tak boleh aku berleha-leha bila tak ingin nasib terkebiri

meski sebenarnya aku tak pernah ingin berlari mengejar matahari

tapi aku harus mengikuti garis edarnya yang belum juga mampu menempa pelangi

sebab bila dia terbenam di pelukan senja petang nanti

ditanganku harus ada sedikit bekal hidup untuk esok hari

agar tak terlewatkan warna-warni tingkah lucu putri kecilku yang menyenangkan hati

dan sumringah senyum ibunya bila aku pulang kerumah nanti