Kabut asap di kotaku #3

ini hanya sekedar tulisan

tulisan yang mengisahkan pengalaman

pengalaman tadi pagi ketika mengantar anak ke sekolahan

sekolahan yang dari rumahku jaraknya sekitar sepuluh kiloan…

pagi tadi sekitar pukul enaman

kami keluar dari rumah hendak berangkat kesekolahan

tak seperti biasanya jalanan masih sepi dari kendaraan

jalanan juga tampak putih tertutup kabut yang menghalang pengelihatan

ah… harus lanjut ujarku dalam hati, karena sekolah adalah kewajiban

dengan mengenakan masker dan helm pelan pelan kami susuri jalanan

biarlah terlambat yang penting selamat sampai tujuan

toh dalam situasi seperti ini terlambat pasti dimaklumi dan gerbang tetap dibukakan

sesampainya di sekolahan situasi malah tambah membingungkan

di parkiran yang luas tak tampak satu pun kendaraan yang diparkirkan

ada apa gerangan tanyaku dalam kebingungan

padahal hari ini bukan hari libur menurut tanggalan

tiba tiba dari pos di samping gerbang keluar seorang petugas keamanan

“selamat pagi pak, mulai hari ini sekolah diliburkan ” ujarnya dengan sopan

katanya surat edaran kepala dinas pendidikan telah sore diterima pihak sekolahan

sehingga tidak sempat diumumkan kepada siswa pagi yang pulang duluan

oalah…. asap…asap… kenapalah di kotaku kau menjadi langganan

yang disetiap datangmu selalu saja menambah kesengsaraan

kau bukan saja mengganggu kesehatan tapi juga pendidikan

kalau begini terus bagaimana kami bisa bangkit dan maju dari ketertinggalan ???

menggugat arti “MERDEKA”

ketika biaya pendidikan menjadi sangat mahal,

berita-biaya-sekolah-mahal-pemerintah-kirim-tim-ke-daerah-1557_a

sudahkah kami merdeka?

ketika biaya berobat menjadi sangat tinggi,

biaya-kesehatan

sudahkah kami merdeka?

ketika hasil panen kami dikangkangi produk-produk pertanian impor,

petani-menjemur-padi-saat-panen-lebih-awal-di-persawahan-_150415160753-231

sudahkah kami MERDEKA ?

ketika mencari kerja menjadi sangat sulit,

pengangguran

sudahkah kami MERDEKA?

ketika upah yang kami terima tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari,

demonstrasi-buruh-ilustrasi

sudahkah kami MERDEKA?

ketika mengais rejeki pun kami dianggap sebagai sampah yang mengganggu pemandangan,

razia-gelandangan-pengemis-15

sudahkah kami MERDEKA?

dan ketika kemiskinan semakin mengungkung kami,

cropped-orang-miskin1

sudahkah kami MERDEKA?

sungguh kami tak mampu memaknai arti kata MERDEKA

meski disetiap tujuhbelasan kami slalu mengibarkan bendera

dan dengan bangga memekik kata MERDEKA dengan tangan mengepal diatas kepala

sungguh kami tak mampu memaknai arti kata MERDEKA

meski katanya telah tujuh puluh tahun itu ada

dan dengan menghaturkan kata kami ingin bertanya, bagaimanakah rasanya MERDEKA?

rindu

dari celah bukit-bukit yang mengitari danau itu

purnama tiba-tiba muncul malu-malu

sorotan cahayanya yang berkilau mengupas jelas rinduku yang melumut di dermaga kayu

kekasihku….

gerailah rambutmu diantara purnama dan danau itu

agar termaknai segala hasrat yang pernah menggelora ditepian dermaga itu

R

puisi untuk anakku

nak,

menangislah bila itu bisa mengungkapkan ketidaknyamananmu

tertawalah bila itu memang menandakan kebahagiaanmu

bercelotehlah tentang semuanya dalam bahasamu

aku akan berusaha mengartikannya dengan segenap cinta kasih didadaku

karena kaulah anugerah terindah dalam hidupku

kabut asap dikotaku #2

pagi ini di sudut kota,

tak terasa lagi segarnya udara pagi seperti biasa

yang ada hanya warna putih dan abu-abu membalut angkasa

tak tampak lagi matahari pagi dengan sinarnya

sebab wajahnya telah tertutup kabut yang tak biasa

pagi ini di sudut kota,

yang ada hanya suara parau karena asap menyesakkan dada

klinik hingga rumah sakit pun dipenuhi oleh balita hingga manula

suara batuk gematuk bersahutan di mana-mana

melengkapi irama kota yang melara karena penghuninya yang merana

pagi ini di sudut kota,

banyak tanya yang tak terjawab dengan rasa

semua saling menuding ini salah siapa…

rakyat kecil yang membakar gulma di lahan yang hanya sejengkal dua?

pengusaha yang membumihanguskan separuh belantara?

atau pemerintah yang memberikan ijin dan kredit lunak kepada para pengusaha perkebunan raksasa?

jambi, 13092011

puisi untuk istriku #2

kekasihku….

katakanlah padaku segala resahmu

katakanlah padaku segala apa yang membuatmu me-lara pilu

meski selalu saja ada yang ranggas dari harapan-harapan itu

akan kuusahakan segala yang terbaik untukmu

agar tak ada resah di parasmu

dan punah lara juga pilu di hatimu

melankoli

melankoli, pergilah menjauh dariku

jangan usik sepiku dengan gambaran-gambaran kisah yang lalu

jangan goda jenuhku tuk menjumputi remah-remah asmara di alur waktu

melankoli, pergilah menjauh dariku

jika kupeluk kau suatu ketika, itu hanya karena rindu yang terlalu

jika kukulum pun kau tiba-tiba, itu hanya untuk menuntaskan puisi baru

melankoli, pergilah menjauh dariku

R

samar

adakah yang lindap diantara kerlap-kerlip bintang malam ini?

yang membuat aku tak mampu mengisahkan seberapa banyak rasa yang telah mati di dada ini?

ataukah karena awan menutupi bulan yang masih setengah jadi?

hingga tak kukenali lagi wajah-wajah cinta yang bersemayam di dada ini yang pernah kukafani dengan rangkaian puisi?

ahhh…. mungkin aku yang tak ingat lagi

tentang dirimu yang katamu kau dan aku pernah saling mengasihi

puisi untuk istriku…

malam sudah larut sayang,

tidakkah kau lelah merias bulan dan menata bintang-bintang?

mari, rebahlah didadaku sekarang

kita nikmati tengah malam ini sebelum mentari datang

karena bila mentari nanti membentang siang

kita akan kehilangan waktu untuk terbang di awang-awang

sebab kita harus berkejaran dengan bayang-bayang

untuk menantang segala aral yang melintang

agar tercapai semua asa dengan gemilang

aku heran

aku heran melihat realita

ketika kawan mengira aku lawannya

serta sahabat mengira aku musuhnya

dan saudara mengira aku orang lain baginya

aku heran melihat realita

ketika lawan dianggapnya kawannya

serta musuh dianggapnya sahabatnya

dan orang lain dianggapnya saudaranya

aku heran melihat realita

aku heran melihat mereka saling tipu, menipu, dan tertipu dalam hidupnya….